JANGGAN KARENA VALENTINES AMAL KITA LENYAP
MARAKNYA
peringatan hari Valentine’ Day(disingkat V-Day) bukan monopoli
masyarakat kota saja, kini semua kalangan telah mengenal dan
merayakannya. Fenomena V-Day mentradisi seluruh dunia bersamaan dengan
santernya arus globalisasi yang tak terbendungkan. Sebagaian masyarakat
beranggapannya sebuah keniscayaan yang tidak perlu diteliti asal-usul
dan dampaknya.
Di sisi lain,
pergaulan remaja semakin hari semakin tidak bisa dibatasi. Seks bebas
(free sex) dan hidup serumah tanpa diikat tali pernikahan (semen leven)
adalah pemandangan yang tidak tabu lagi. Mereka menganggap hal itu
adalah sebuah kewajaran dalam hal percintaan. Dari sisi ini, V-Day ikut
memberi sumbangsih yang signifikan dalam kerusakan moral remaja
Muslim. Keberadaan V-Day memberikan legalitas pada kemakshiatan dan
ajaran khurafat mitologi.
Alih-alih
sebagai alasan mengekspresikan rasa sayang pada momen tersebut, V-Day
telah menjadi legalisasi perzinahan. Tak ayal, momen tiap 14 Februari
ini menjadikan daerah-daerah wisata yang menyediakan tempat penginapan
sebagai ajang lokalisasi sesaat.
Ironisnya,
pemandangan yang memprihatinkan ini tidak mendapat perhatian khusus dari
orangtua pada. Entah karena minimnya pengetahauan atau ketidak
mau-tahuannya terhadap prilaku anak. Sehingga prilaku remaja seperti ini
seoalah menjadi kewajaran di mata orangtua.
Data hasil
survey KPAI, sebanyak 32 % remaja usia 14-18 tahun di kota-kota besar di
Indonesia pernah berhubungan seks. [laporan KPAI:
http://www.kpai.go.id/publikasi-mainmenu-33/beritakpai/119-32-persen-remaja-indonesia-pernah-berhubungan-seks.html].
Sungguh mencengangkan, Indonesia mayoritas pemeluk agama Islam yang
mengahramkan perzinahan, malah memberikan kontribusi nilai fantastis
dalam kemaksiatan.
Derasnya arus
media yang menyuguhkan informasi tentang hedonistis valentine, telah
menjadikannya sebagai live style kehidupan masyarakat modern saat ini.
V-Day dijejalkan dalam otak anak-anak muslim, seakan-akan sebagai
keharusan dalam mengekspresikan kasih-sayang.
Belum lagi
peran artis yang beralih fungsi sebagai tauladan, menambah justifikasi
keabsahan ritual perayaan V-Day. Benarlah kiranya bahwa diakhir zaman
bid’ah akan menjadi ajaran, sedangkan agama akan sekedar hiburan.
Tuntunan menjadi tontonan dan tontonan menjadi tuntunan. Sehingga apa
yang dilakukan para artis seolah tuntunan yang wajib dilaksanakan.
Tasyabbuh dan meniru-niru
Selain
melegalkan perzinahan,V-Day juga berdampak pada hal-hal yang prinsipil
terhadap keyakinan muslim, seperti meniru prilaku budaya kuffar
(tasyabbuh) yang menjerumuskan pada bagian kelompok mereka.
Rasulullah
Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) telah memagari umat
dengan sabdanya,“Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk kaum
tersebut.” (HR. Tirmidzi). Juga bersifat munafik karena menjadikan idola
selain umat Islam (basyiral munafiqina bi anna lahum ‘adzaaban aalima.
alladzina yattakhidzuna al-kafirina aulyaan min duni al-mukminin).
Valentine’s
bukan tradisi Islam yang didalamnya tidak dapat diambil ibrah sama
sekali. Justru sebaliknya,perayaan V-Day hanya membawa mudharat bagi
moral dan aqidah generasi rabbany.
Gencarnya V-Day
merupakan banyak kepentingan dibaliknya. Selain produk ‘baratisasi’,
juga merupakan misi orientalis merubah cara pandang kaum Muslimin dari
ajarannya.
“Misi Utama
Kita bukanlah menjadikan kaum Muslimin beralih agama menjadi kristen
atau yahudi, tapi cukuplah dengan menjauhkan mereka dari Islam....kita
jadikan mereka sebagai generasi muda Islam yang jauh dari Islam, malas
bekerja keras, suka berfoya-foya, senang dengan segala kemaksiatan,
memburu kenikmatan hidup, dan orientasi hidupnya semata utk memuaskan
hawa nafsunya..". Ucapan ini disampaikan Zwemmer, tokoh Yahudi di tahun
1935 dalam Konfrensi Missi di Yerusalem.
Dalam al-Quran
sudah jelas, Yahudi dan Nashara tidak pernah rela terhadap eksistensi
Islam di kancah peradaban (Q.S. al-Baqarah:120).
Jangan Pangku Tangan
Bagaimanapun,
prilaku degradasi akidah dan akhlak remaja adalah tanggung jawab
orangtua. Sebab baik-buruknya prilaku anak sebagaian besar dipengaruhi
latar belakang keluarga.
Nabi
Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) menegaskan bahwa
semua anak terlahir dalam keadaan suci, kedua orangtuanya-lah yang
menjadikan Yahudi, Nashra atau Majusi.
Jika keluarga
yang berbasic agama saja anak masih bisa lolos dalam peraturan, apalagi
keluarga yang tidak memiliki tradisi beragama. Tentunya akan sangat
mudah ditebak bagaimana prilaku anak tersebut.
Seharusnya
orangtua pandai membaca situasi seperti ini. Siapa teman anak kita?
kemana dia bermain? apa yang akan dilakukan jika Valentine's? Bukan
malah terkesan membiarkan dan acuh pada fenomena yang terjadi.
Sikap sensitive
dan pro-aktif seharusnya dilakukan sejak dini. Terutama melindungi
anak dan remaja kita dari budaya-budaya pergaulan bebas dan dekonstruksi
akidah yang tersembunyi dibalik perayaan sepertiValentine’s.
Kewajiban para
orangtua bukan hanya memberikan nafkah materi semata. Namun lebih dari
itu, orangtua dituntut untuk memproteksi diri dan keluarganya dari
hal-hal yang dapat menghatarkanya masuk dalam neraka.
Al-Quran mengatakan;
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا
النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا
يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Alloh
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.”(At-Tahrim [66] : 6).
Jika orangtua tak melakukan atau mengabaikan masalah ini, Allah sudah jauh hari mengingatkan akan adanya fitnah.
وَاعْلَمُواْ أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللّهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Dan
ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan
dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” [QS. Al Anfar:
28]
Jika itu yang
terjadi maka, kelak kita akan termasuk orang yang menurut Allah
Subhanahu Wata’ala sebagai orangtua yang merugi di akherat.
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن
ذِكْرِ اللَّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Hai
orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu
dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka
itulah orang-orang yang merugi.” [QS; Al Munafiqun: 9]
Memberikan
nafkah yang halal, memberi pendidikan yang layak (sesuai dengan
ketentuan Syar’i) dan mengarahkan anak di jalan yang diridhohi Allah
Subhanahu Wa ta’ala adalah cara kita agar menjadi orang yang tak merugi
dari peringatan Allah. Oleh karena itu yang terpenting dari semua
adalah selain mendampinginya, juga mendoakan anak dan menyerahkan
segalanya kepada-Nya.
Mari kita
jadikan tanggal 14 Februari atau peringatan apapun yang taka da
perintahnya dalam budaya Islam sebagi bekal kita untuk mendidik dan
menghantarkan anak-anak ke dalam naungan Islam.
Sekali lagi,
mari lindungi anak-anak kita dari virus membahayakan dalam bentuk budaya
asing, seperti V-Day. Jangan sampai kita kecele di kemudian hari. Kita
mengira pahala yang kita kumpulkan selama ini di dunia telah cukup.
Padahal, ketika kita menghadap Sang Khaliq, Allah mengabarkan bahwa
semua pahala itu telah habis karena terhapus akibat kurangnya tanggung
jawab kita sebagai orangtua kepada anak-anak kita. Wallahu ‘A’lam bi
shawwab.*/ Muhammad Saad, penulis adalah Alumni PP. Aqdamul Ulama’
Pasuruan, Mahasiswa Tingkat Akhir Sekolah Tinggi Uluwiyyah Mojokerto.[khoirunnisa-syahidah.blongspot.com] [khoirunnisa-syahidah.blogspot.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar